Namanya Viona Paramita, akrab disapa Vio. Pertama kali kita kenal ketika Vio datang ke Bandung untuk menghadiri Kumpul Kreavi di Institut Teknologi Bandung yang gue buat. Singkat kata acara ini merupakan gathering untuk para penggiat kreativitas. Di situ gue juga kenalan dengan partnernya, Timothy Istianto (Timmy) yang kemudian sempat bergabung beberapa saat menjadi team Kreavi.


Sejak itu kita jadi sering ngobrol. Nah Vio ini ternyata ilustrator yang sangat kece badai. BADAI BRO, BADAI… Mau lihat karya-karyanya? Bisa dipantau lewat akun Instagramnya: @tmv.design. Akun social medianya memang dinamakan dan memiliki konten yang mewakilkan Vio dan Timmy. Mereka juga membuat intelektual properti bersama yaitu karakter Manka dan Mbamoe.

Oke, di sini gue sedang mau fokus menceritakan tentang Vio. Temen gue yang satu ini sangat kalem, polos, baik (tingkat parah, kalo bumi kenapa-napa pasti dia diangkat ke surga duluan dah), rendah hati dan sangat berbakat. Kalau dari tadi gue kasih liat karya berdua dia dan Timmy, setelah ini gue akan kasih lihat karya personal Vio.



Setelah lama menekuni ilustrasi sebagai freelancer ilustrator, ternyata itu tidak mudah bagi Vio yang merantau ke Jakarta. Project tidak pasti datang secara konsisten, sedangkan bill terus muncul tanpa mengenal situasi. Gue pribadi sedih melihat kenyataan ini. Kok bisa? Padahal bisa dilihat sendiri diatas, karya Vio badai banget. Attitudenya juga baik. Namun Vio terus konsisten berkarya, bahkan dalam situasi apapun, dia tidak pernah mengurangi kualitas karyanya.
Baca juga: MAHALNYA LINGKUNGAN DAN NETWORK
Memang dari zaman SMA, Vio juga menggemari nail art, yaitu seni menghias kuku. Ketika dapat uang saku untuk kuliah, nggak jarang uang tersebut langsung dibelanjakan produk kuteks (kalo mamanya tau bisa disemprot). Bahkan Vio hafal di luar kepala segala teknik nail art yang dia pelajari lewat Youtube tanpa dia pernah mempraktekannya, karena di Surabaya waktu itu sulit menemukan supplier bahan kuteks yang sesuai.

Mei 2015, Vanny Adelina, sepupu Vio yang berprofesi sebagai make up artist berkata, “kenapa lo nggak coba seriusin aja nail art?” Akhirnya mulai 8 Juli 2015 Vio mencoba untuk lebih fokus ke bidang nail art dan membuat brand Popcoat, yaitu jasa nail art artisan Vio yang social medianya bisa dilihat di https://www.instagram.com/popcoat/
Vio selalu berlatih, minimal seminggu sekali. Kadang juga setiap hari agar tangannya lebih luwes. Tapi latihan memang tidak menghianati.
“Karena dengan latihan jadi terbiasa, dari latihan jadi lebih mengenali kuas dan sentuhan dalam mengerjakan karya” kata Vio.
Latihan ini bisa dilangsungkan dari siang sampai tiba-tiba sudah larut.

Selama 4 bulan pertama, yang dilakukan adalah menggunakan kuku teman-temannya untuk dikuteks secara gratis dan hasilnya digunakan sebagai konten social media Popcoat.
Sebenarnya Vio merasa ada beberapa kesulitan karena tidak menjalani pendidikan formal dibidang nail art. Vio melakukan trial error yang sangat banyak, mencari tutorial lewat Youtube, juga melakukan riset mandiri untuk komposisi campuran liquid yang digunakan dan aman untuk customer. Namun karena banyak ketidaktahuan, Vio pernah tertipu oleh pedagang ketika membeli produk gel polish.
Awalnya Vio hanya menggunakan kuteks (nail polish) biasa yang dijual dipasaran. Menggunakan nail polish, proses pengeringannya lama dan juga hasilnya tidak bertahan lama. Dalam 3 hari bisa ngelotok! Menggunakan bahan seadanya ini, jasa Popcoat tidak terlalu dilirik.

Akhirnya klien pertama yang mengontak Vio yaitu salah satu make up artist ternama lokal, ingin menggunakan jasa Popcoat menggunakan Gel polish (bahan kuteks semi polymer yang tidak sepenuhnya liquid sehingga harus dikeringkan menggunakan sinar UV/ sinar LED dan hasilnya tahan lama). Namun karena Vio saat itu hanya memiliki kuteks seadanya, order tersebut batal. Saat itu Vio sadar bahwa nail polish sudah tidak mendukung kebutuhan industri target marketnya dibandingkan dengan bahan gel polish yang kualitasnya memang jauh lebih baik.
Oktober 2015, Vio membeli 20 botol gel polish dan lampu LED UV. Karena lumayan bokek, untuk bahan pendukung lainnya menggunakan alat dan bahan seadanya seperti kuas dan aksesoris glitter yang sudah dimiliki sebelumnya.











April – Mei 2016 pengeluaran membengkak dikarenakan pembelian bahan nail art, biaya sewa apartemen dan furniture. Siapa sangka dibulan Juni 2016, modal penyewaan unit aparemen serta pengadaan furniture sudah balik modal. Juli 2016, Popcoat sudah mendapatkan surplus yang plus plus.

Vio terus menekuni keahliannya dengan serius. Gue percaya kualitas yang baik apabila didukung dengan kesempatan akan mendatangkan barokah (eaaa). Kesempatan demi kesempatanpun berdatangan.







Thank you Viona Paramita, gue belajar banyak hal dari lo yang sangat rendah hati ini. Gue percaya Vio bisa menginspirasi banyak orang 🙂
Baca juga: BELAJAR DARI NENEK
Baca juga: NAME CARD BARU JOJO, DESIGN BY TMV
Juara banget lah ini nail art nya, naksir 3d aksesoris karakter ghibli nya nih, lucuk
LikeLike
Yoiii Cang. Jangankan elu. Ini kuku gue aja udah mau gue lamar 😂
LikeLike