Tidak membanggakan memang, gue memiliki beberapa julukan dari teman-teman di sekitar gue. Salah satunya adalah “Jojo – si semua itu teman” karena memang gue sering mengatakan, “semua itu teman.” Dari julukan ini sih, yang paling sedih adalah ketika muncul asumsi masyarakat kalo gue ini tukang friendzone. Tapi yaudahlah ya.
Ya, gue suka berteman. Gue selalu berusaha membalas semua notifikasi pada akun social media gue, email, maupun pesan dari aplikasi chatting yang gue dapat. Dalam hubungan kerjasama dengan partner maupun klienpun, gue senang sekali apabila bisa memiliki hubungan personal yang lebih dalam, yang lebih emosional. Apalagi ketika gue bisa tau kesulitan maupun pandangan terhadap beberapa hal dari point of view mereka. Berapapun umurnya, apapun backgroundnya.
Tapi beberapa waktu belakangan ini, gue mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Dulu gue sangat memikirkan apa kata orang lain, apa pendapat orang lain. Satu hal yang gue sadar adalah gue merupakan pribadi yang sangat tidak nyaman apabila dihadapkan dalam situasi berkonflik. Walaupun kita semua harus belajar bagaimana merespon konflik dengan bijaksana.
Namun kenyataannya adalah, kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Dan yang pasti adalah, dalam ring nol (circle terdekat) kita, tidak semua orang kita butuhkan untuk ada disana.
Baca juga: MAHALNYA LINGKUNGAN DAN NETWORK
Dalam banyak hal, kita bisa menentukan apa yang memberikan pengaruh kepada kita. Seperti misalnya, siapa yang kita follow di social media, dan dengan siapa kita banyak menginsvestasikan waktu kita. Lebih banyak yang berbau positif maupun negatif? Mana yang membangun atau malah menjatuhkan? Tidak semua hal ataupun pendapat harus kita terima dan dimasukan kedalam hati. Beberapa hal yang gue share di sini, sebagian merupakan insight dari Sidney Mohede (silahkan digoogling kalau penasaran siapakah beliau). Satu statement yang paling gue ingat dari Sidney hari itu adalah, “saat engkau memberi banyak waktu untuk bergaul dengan orang yang salah, engkau tidak punya cukup waktu untuk bergaul dengan orang yang benar.”
Saat ini gue bener-bener tau siapa orang yang gue pilih menjadi ring nol gue. Siapa yang ada ketika gue butsu (surem), nggak cuma ada ketika melihat apa yang bisa didapatkan dari gue. Bahkan ada di mana tampak hampir jadi gila ketika berada di titik terendah gue. Dan gue bisa share cerita terdalam gue dengan aman, bukan cuma cerita versi “press con”. Siapa yang menghargai gue dari potensi gue, nggak cuma masa lalu gue. Siapa yang bisa memberikan pengaruh yang positif? Siapa yang bisa menegur ketika gue salah? Dengan siapa gue merasa nyaman ketika bareng? Ya. Ujung-ujungnya kita cuma punya 24 jam sehari. Jadi gue mau memilih untuk menghabiskan waktu bersama orang yang memang gue mau.
Siapapun yang baca ini, gue pengen kalian semua juga dikelilingi orang-orang dengan value seperti ini. Dan lebih dari itu, semoga kita menjadi orang yang menginfluence orang lain dengan energi yang positif.
Baca juga: TERLALU BANYAK CINTA
Hai, akupun jga lg punya masalah sih soal circle. But maybe in different ways ya, lol. Kalau kamu mungkin sulit utk menghindari konflik, tp klo aku seperti sulit menemukan seseorang utk dijadikan ring nol. Ya sulit banget, meski itu keluarga. Sampai saat ini baru kerasa how to find ring nol pas temen2 gua udh punya circle zone mereka sendiri. Entahkah itu circle ring nol mereka atau bukan, jd yaa gue ngerasa ditinggal atau tertinggal gitu sih ama mereka.. Tp baca artikelmu bikin aku berpikir, “pasti apapun ada jalannya ya” yaa semoga ini awal dariku utk the next era, hehehe. Thanks for your article 🙂
LikeLiked by 1 person
Semangat ya!!!! 🙂
LikeLike
Wah! menemukan juga orang yang sejenis sama gw :)) tapi emang sulit sih ya Jo buat keluar dr zona “menghindari suatu konflik” salam kenal btw 😀
LikeLike
Salam kenal Norma. Iya cuma mungkin emang harus belajar buat lebih tegas
LikeLike
Pengen nge-like tulisan ini tapi sayang gak ada tombol like-nya. Salam kenal ya Johana 🙂
LikeLike
Salam kenal Nat :))
LikeLike